Pertama, Ada Nebula Berbentuk seperti Sapi Laut
Diposting oleh
Ziky Fathurrohman
di
02.29
Kamis, 31 Januari 2013
FLORIDA, KOMPAS.com - Sebuah nebula yang secara resmi bernama W50 kini mendapat nama panggilan, Manatee. Nama panggilan tersebit diberikan karena kemiripan bentuk nebula dengan sapi laut, jenis mamalia laut yang kini terancam punah.
Nama panggilan tersebit diberikan oleh National radio Astronomy Observatory (NRAO) dalam sebuah upacara di Florida Manatee Festival, Crystal River, Florida, pada Sabtu (19/1/2013) lalu. Untuk pemberian nama, NRAO bekerjasama dengan US Fish and Wildlife Service.
"Ketika citra W50 hasil tangkapan VLA (Very large Telescope) diterima direktur, Heidi Winter, asisten direktur eksekutif melihat kemiripan nebula itu dengan manatee," demikian dinyatakan pihak NRAO, menguraikan alasan pemberian nama Nebula Manatee, seperti dikutip Space.
Nebula "Sapi Laut" ini sejatinya adalah sisa dari bintang mati yang meledak menjadi supernova 20.000 tahun yang lalu. Sebelum mati, bintang itu melepaskan lapisan gas di luarnya, yang kini terlihat berwarna hijau dan biru.
Nebula ini terletak pada jarak 18.000 tahun cahaya dari Bumi, di konstelasi Aquilla. W50 bukanlah satu-satunya nebula yang dinamai berdasarkan obyek di Bumi. Ada nebula lain yang bernama Nebula Kepiting, Nebula Pelikan dan Nebula Elang.
Sapi laut adalah salah satu hewan terancam punah. Fauna itu berukuran sekitar 3 meter dengan berat bisa mencapai 450 kg. bergerak dengan organ serupa sirip, sapi laut menghabiskan 8 jam dalam sehari untuk "bekerja" mencari tumbuhan laut sebagai makanan.
Sumber :
SPACE.COM
Purnama Bakal Tenggelamkan Jakarta?
Diposting oleh
Ziky Fathurrohman
di
18.52
Kamis, 24 Januari 2013
JAKARTA, KOMPAS.com - Bulan mencapai fase purnama pada Minggu (27/1). Saat itu, pasang naik air laut mencapai maksimum. Namun, hal ini belum tentu menimbulkan rob atau memicu banjir besar di Jakarta. Tergantung curah hujan di daratan, kecepatan angin, tinggi gelombang di laut, dan ada tidaknya siklon tropis.
Pasang adalah fenomena naik turunnya permukaan air laut yang terjadi setiap hari. Kenaikan air laut dipengaruhi oleh gaya gravitasi Bulan dan Matahari.
Karena jarak Bulan ke Bumi lebih dekat dibandingkan Matahari, pengaruh gravitasi Bulan terhadap Bumi 1,46 kali lebih besar dibandingkan pengaruh gravitasi Matahari. ”Makin dekat jaraknya, makin besar gaya gravitasinya,” kata dosen Kelompok Keahlian Tata Surya, Program Studi Astronomi, Institut Teknologi Bandung, Moedji Raharto, Rabu (23/1/2013).
Waktu air laut naik atau turun di setiap daerah berbeda. Besaran kenaikan muka air laut pun bervariasi dari hari ke hari.
Kenaikan mencapai maksimum saat Bulan purnama dan Bulan mati karena gaya gravitasi Bulan dan Matahari saling menguatkan. Sebaliknya, kenaikan air laut minimum saat Bulan pada fase perempat awal dan perempat akhir karena gravitasi Bulan dan Matahari saling melemahkan.
Besaran gaya gravitasi Bulan terhadap Bumi juga ditentukan oleh jarak Bumi dan Bulan yang bervariasi setiap hari. Penyebabnya, lintasan revolusi Bulan mengelilingi Bumi berbentuk elips sehingga dalam satu putaran akan ada jarak terjauh dan terdekat Bulan terhadap Bumi.
Saat ini, Bulan bergerak dari titik terjauhnya menuju titik terdekatnya terhadap Bumi. Jarak terjauh Bulan untuk periode revolusi kali ini terjadi 22 Januari pada jarak 405.320 kilometer. Jarak terdekatnya terjadi 10 Januari pada jarak 360.048 kilometer dan 7 Februari pada jarak 365.314 kilometer.
”Karena saat ini Bulan relatif dekat dengan jarak terjauhnya, dampak terhadap pasang air laut tidak sebesar ketika Bulan di titik terdekatnya,” kata Moedji.
Muka air laut sama
Kepala Pusat Meteorologi Publik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) R Mulyono Rahadi Prabowo mengatakan, data Dinas Hidro-Oseanografi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut menyebutkan, tinggi pasang air laut di pantai utara Jakarta mencapai maksimum pada 24-25 Januari setinggi 1,1 meter dari kondisi normal. Pada 26-28 Januari berkisar 1 meter.
Pada 27 Januari, air laut mulai naik pukul 05.00 dan mencapai puncak pukul 08.00-11.00. Setelah itu air laut surut lagi.
Tinggi muka air laut saat banjir besar pekan lalu dengan yang diisukan akan terjadi akhir pekan ini sama.
Banjir besar yang melanda Jakarta pada 15-17 Januari terjadi beberapa hari setelah pasang naik maksimum air laut saat Bulan mati. Fase Bulan mati terjadi pada 13 Januari. Saat itu, ketinggian air laut 1-1,1 meter pada 10-13 Januari.
Artinya, faktor curah hujan akan lebih berperan pada banjir tidaknya Jakarta. Pekan lalu, hujan dengan intensitas tinggi (lebih dari 100 milimeter per hari) terjadi merata mulai kawasan Puncak, Bogor, Depok, hingga Jakarta.
Pada akhir pekan ini hingga awal pekan depan, prakiraan BMKG menunjukkan, intensitas hujan tinggi berpotensi terjadi di Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan Bogor bagian selatan. Di wilayah Jakarta lain dan sekitar Jakarta, intensitas hujan ringan-sedang.
”Saat ini hingga awal Februari adalah puncak musim hujan. Karena itu, potensi terjadi hujan sedang hingga lebat tinggi,” kata Prabowo.
Cuaca laut
Pasang naik maksimum akan menimbulkan rob atau limpasan air laut ke daratan jika pada saat bersamaan kecepatan angin di laut dan gelombang laut tinggi. Terlebih lagi jika ada badai siklon tropis di Laut China Selatan.
Tingginya kecepatan angin menentukan ketinggian gelombang yang terjadi. Jika muka laut sudah tinggi akibat pasang naik maksimum dan gelombang lautnya tinggi, dampaknya di darat akan sangat besar.
Banjir rob di pantai utara Jakarta sebenarnya peristiwa rutin. Waktu terjadinya rob umumnya Juni-Agustus saat musim kemarau di Jakarta dan musim panas di belahan Bumi utara. Ketika itu, potensi munculnya siklon tropis di Laut China Selatan sangat tinggi.
Saat ini, potensi siklon tropis ada di Samudra Hindia di selatan Jawa. Karena itu, badai ini tidak memberikan dampak besar bagi perairan Jakarta.
Peneliti Meteorologi Maritim BMKG Andri Ramadhani mengatakan, karakter banjir rob di Jakarta berbeda dengan daerah lain di pantai utara Jawa. Meski sama-sama dipicu oleh tinggi muka air laut, kecepatan angin laut, dan tingginya gelombang laut, rob di Jakarta juga dipicu gelombang alun dari Laut China Selatan.
”Gelombang alun yang menerpa Jakarta merupakan rambatan dari gelombang tinggi di Laut China Selatan akibat badai siklon tropis,” katanya.
Menurut Prabowo, selama akhir pekan ini hingga awal pekan depan belum terlihat adanya bibit siklon tropis di atas Laut China Selatan. Kecepatan angin di wilayah tersebut di bawah 25 knot (46 kilometer per jam). Tinggi gelombang sekitar 3 meter.
Keadaan di Laut China Selatan harus diwaspadai jika tinggi gelombangnya 5-6 meter dan kecepatan angin di atas 25 knot.
Relatif tenangnya kondisi Laut China Selatan membuat perairan utara Jakarta relatif aman. Kecepatan angin sekitar Teluk Jakarta, pekan ini, 5-15 knot (9 km per jam hingga 28 km per jam). Tinggi gelombang di Laut Jawa normal, 2-3 meter.
Kewaspadaan harus dilakukan jika perairan Jakarta memiliki angin berkecepatan 15-25 knot (28 km per jam hingga 46 km per jam) dan tinggi gelombang lebih dari 3 meter.
Data menunjukkan, tidak ada aspek astronomis dan meteorologis yang perlu dikhawatirkan berlebih sebagai akibat naiknya muka air laut di perairan utara Jakarta.
Meski demikian, kewaspadaan tetap diperlukan karena risiko bencana tetap ada. Prediksi ini belum memperhitungkan kerusakan lingkungan dan kesiapan infrastruktur menghadapi bencana yang mungkin terjadi. ”Yang penting, jangan panik,” kata Andri.
Nenek Moyang Bangsa Asia Ditemukan
Diposting oleh
Ziky Fathurrohman
di
18.44
WASHINGTON, Horizon — Lewat analisis DNA, ilmuwan menemukan bahwa nenek moyang bangsa Asia dan Amerika asli adalah sekelompok manusia yang hidup di China 40.000 tahun yang lalu.
Analisis genetik mengungkap bahwa manusia yang hidup di wilayah Beijing itu secara genetik sudah berbeda dengan nenek moyang bangsa Eropa.
Ilmuwan meneliti sampel DNA inti dan mitokondria dari fosil tulang kaki manusia di Gua Tianyuan, China, yang ditemukan tahun 2003. Ilmuwan menyusun profil genetik dari fosil dan membandingkan dengan manusia saat ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara genetik terdapat hubungan antara manusia Gua Tianyuan dan bangsa Asia dan Amerika asli.
Menurut ilmuwan, manusia dari China tersebut hidup di periode evolusi dan penyebaran manusia yang sangat menarik.
"Manusia ini hidup di masa transisi penting dalam evolusi manusia ketika manusia modern yang memiliki kemiripan dengan manusia purba seperti Neanderthal, menyingkirkan Neanderthal, serta Denisovan yang kemudian punah," kata Svante Paabo, pimpinan tim riset dari Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology, di Leipzig.
Analisis juga mengungkap bahwa proporsi genetik Neanderthal dan Denisovan yang didapatkan pada manusia China tersebut tak lebih tinggi dari manusia modern saat ini.
Sejauh ini, ilmuwan sudah menemukan beberapa fosil manusia Eurasia dari masa 40.000-50.000 tahun lalu. Namun, hubungan genetik antara manusia modern saat itu dan saat ini belum diketahui dengan pasti.
"Analisis lebih lanjut dengan fosil lain manusia modern awal di Eurasia akan membantu melengkapi pemahaman kita tentang kapan dan bagaimana manusia modern menyebar di Eropa dan Asia," ungkap Paabo seperti dikutip AFP, Selasa (22/1/2013).
Hidrosfer
Diposting oleh
Ziky Fathurrohman
di
18.12
PENGERTIAN HIDROSFER
Hidrosfer berasal hydros yang berarti
air, dan dari kata spheira yang berarti bulatan atau bola. Jadi arti
hidrosfer adalah bola atau bulatan air yang menyelubungi bumi.
Hamper tiga per empat bumi ditutupi
oleh air dengan jumlah yang tetap dan hanya mengalami perubahan bentuk.
Hal ini terjadi karena air mengalami siklus yang disebut daur idrologi
atau water cycle.
Bentangan air yang terdapat di daratan
dipelajari dalam ilmu hidrologi. Bentangan air yang terdapat di lautan
ddipelajari dalam ilmu oceanografi. Bentangan air yang terdapat di
atmosfer, yang mempengaruhi iklim dan cuaca, dipelajari dalam ilmu
meteorology dan klimatologi.
SIKLUS AIR
Siklus air (daur
hidrologi) meliputi gerakan air mulat dari laut ke atmosfer, atmosfer ke
tanah dan dari tanah kembali lagi ke laut. Air naik ke udara dari
permukaan laut dan darratan melalui penguapan. Penguapan terjadi karena
penyinaran matahari. Matahari memancarkan energi panas ke seluruh bumi
akibatnya terrjadilah penguapan dari laut, sungai, danau, rawa, dan
wilayah perairan lainnya. Uap air yang terbentuk bergerak naik ke udara.
Semakin tinggi uap air bergerak , suhu udara semakin rendah. Di daerah
yang bersuhu rendah tersebut, uap air
itu mengalami kondensasi. Di daerah yang sangat tinggi, uap air
tersebut membeku menjadi salju yang disebut proses sublimasi. Oleh sebab
itu, air di permukaan bumi terdiri dari tiga macam yaitu, cair, gas dan
padat.
Terdapat 3 macam siklus air:
- siklus pendek (siklus kecil)
- siklus sedang ( siklus menengah)
- siklus panjang (siklus besar)
Terjadinya siklus air disebabkan oleh proses-proses sebagai berikut:
- evaporasi
- transporasi
- evapotranspirasi
- kondensasi
- sublimasi
- adveksi
- infiltrasi
- konveksi
- persipitasi
- run-off
- intersepsi
- surface detention
PERAIRAN DARAT
Perairan darat adalah
sejumlah air yang terdapat di daratan baik yang mengalir maupun yang
tergenang dan juga yang terdapat di permukaan bumi. Yang termasuk
perairan darat adalah sungai, air tanah, danau dan rawa.
SUNGAI
Sungai adalah bagian muka bumi yang lebih rendah berupa alur, terbentuk secara alami sebagai tempat air mengalir.
1. sungai berdasarkan asal airnya
a. Sungai hujan adalah sungai yang airnya berasal dari air hujan atau mata air.
b. Sungai gletser adalah aliran sungai yang alirannya berasal dari cairan gletser atau es.
c. Sungai campuran adalah sungai yang airnya berasal dari cairan gletser dan air hujan
2. sungai berdasarkan keadaan airnya
a. Sungai permanen adalah sungai yang setiap tahun debit airnya tetap.
b. Sungai periodic adalah sungai yang airnya tidak tetap sepanjang tahun.
c. Sungai intermitten yaitu sungai yang ada airnya apabila ada air hujan saja
3.sungai berdasarkan genetiknya atau arah alirannya
a. sungai konsekwen
b. sungai subsekwen
c. sungai obsekwen
d. sungai resekwen
e. sungai insekwen
4. sungai berdasarkan pola alirannya
a. pola radial sentripetal
b. pola radial sentrifugal
c. pola dendritik
d. pola trellis
e. pola rectangular
f. pola pinnate
g. pola annular
5. sungai berdasarkan type/struktur geologi
a. sungai antesiden
b. sungai epigenesa
c. sungai superposed
AIR TANAH
Air tanah adalah air yang
terdapat dalam pori-pori tanah atau terdapat dalam celah-celah batuan.
air tanah terbentuk dari air hujan. Pada saat turun hujan, sebagian
titik-titik air hujan meresap ke dalam tanah (infiltrasi). Air hujan
yang masuk itu menjadi cadangan air tanah.
Besar kecilnya daya serap tanah terhadap air hujan tergantung pada:
- tingkat kelembapan tanah
- tingkat porositas batuan
- tingkat kemiringan lereng
Air tanah dapat dikelompokan menjadi 2, yaitu:
- berdasarkan letaknya
- berdasarkan asal airnya
1. berdasarkan letaknya dapat dibagi menjadi 2:
a. air tanah permukaan (freatik), yaitu air tanah yang terdapat di atas lapisan yang tidak
tembus air.
b. air tanah dalam, yaitu air tanah yang terdapat pada lapisan poreus diantara 2 lapisan
yang tidak tembus(kedap air)
2. berdasarkan asal airnya dapat dibagi menjadi 2:
a. yang berasal dari atmosfer disebut meteoric water, yaitu berasaldari hujan dan salju
b. air tanah yang berasal dari dalam bumi.
DANAU
Danau adalah suatu
cekungan ataui daerah ledok yang dalam dan terdapat di daratan yang luas
di mana cekungan tersebut menjadi tempat berkumpulnya air. Airnya di
dapat dari air hujan, mata air dan air sungai. Danau menurut terjadinya
terbagi atas:
- danau tektonik
- danau vulkanik
- danau vulkano-tektonik
- danau karst
- danau glacial
- danau bendungan
RAWA
Rawa ialah daerah daratan yang rendah yang tergenang air karena pelepasan airnya tempat lain atau ke laut tidak lancer.
Rawa dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
- rawa yang tergenang air, yaitu air dan permukaan tanah sama tingginya, sehingga airnya asam sekali, tidak dapat diminum dan tidak baik untuk tanaman.
- rawa yang mengalami pergantian air.
Daftar rasi bintang
Diposting oleh
Ziky Fathurrohman
di
17.56
Rasi modern
rasi | singkatan | nama genitif | asal usul nama | arti |
---|---|---|---|---|
Andromeda IPA: [ænˈdɹɑ.mə.də] |
And | Andromedae IPA: [ænˈdɹɑ.mə.di] |
Yunani kuno (Ptolemaeus) | putri Andromeda |
Antlia IPA: [ˈænt.li.ə] |
Ant | Antliae IPA: [ˈænt.li.i] |
1763, Lacaille | pompa air |
Apus IPA: [ˈei.pəs] |
Aps | Apodis IPA: [ˈæ.pə.dɪs] |
1603, Uranometria, ciptaan Keyser dan de Houtman |
cendrawasih |
Aquarius IPA: [əˈkwe.ɹi.əs] |
Aqr | Aquarii IPA: [əˈkwe.ɹi.ai] |
Yunani kuno (Ptolemaeus) | pembawa air |
Aquila IPA: [ˈæ.kwə.lə] |
Aql | Aquilae IPA: [ˈæ.kwə.li] |
Yunani kuno (Ptolemaeus) | elang |
Ara IPA: [ˈe.ɹə] |
Ara | Arae IPA: [ˈe.ɹi] |
Yunani kuno (Ptolemaeus) | altar |
Aries IPA: [ˈe.ɹiz] |
Ari | Arietis IPA: [əˈɹai.ə.tɪs] |
Yunani kuno (Ptolemaeus) | domba jantan |
Auriga IPA: [ɔˈɹai.gə] |
Aur | Aurigae IPA: [ɔˈɹai.dʒi] |
Yunani kuno (Ptolemaeus) | sais kereta perang |
Boötes IPA: [bouˈou.tiz] |
Boo | Boötis IPA: [bouˈou.tɪs] |
Yunani kuno (Ptolemaeus) | penggembala |
Caelum IPA: [ˈsi.ləm] |
Cae | Caeli IPA: [ˈsi.lai] |
1763, Lacaille | pahat |
Camelopardalis IPA: [ kʰəˌmɛ.ləˈpʰaɹ.də.lɪs] |
Cam | Camelopardalis IPA: [ kʰəˌmɛ.ləˈpʰaɹ.də.lɪs] |
1624, Bartsch [2] | jerapah |
Cancer IPA: [ˈkʰæn.sɚ] |
Cnc | Cancri IPA: [ˈkʰæŋ.kɹai] |
Yunani kuno (Ptolemaeus) | ketam |
Canes Venatici IPA: [ˈkʰei.niz vɪˈnæ.tə.sai] |
CVn | Canum Venaticorum IPA: [ˈkʰei.nəm vɪˌnæ.təˈkʰo.ɹəm] |
1690, Firmamentum Sobiescianum, Hevelius |
anjing-anjing pemburu |
Canis Major IPA: [ˈkʰei.nɪs ˈmei.dʒɚ] |
CMa | Canis Majoris IPA: [ˈkʰei.nɪs məˈdʒo.ɹɪs] |
Yunani kuno (Ptolemaeus) | anjing besar |
Canis Minor IPA: [ˈkʰei.nɪs ˈmai.nɚ] |
CMi | Canis Minoris IPA: [ˈkʰei.nɪs mɪˈno.ɹɪs] |
Yunani kuno (Ptolemaeus) | anjing kecil |
Capricornus IPA: [ˌkʰæ.pɹəˈkʰɔɹ.nəs] |
Cap | Capricorni IPA: [ˌkʰæ.pɹəˈkʰɔɹ.nai] |
Yunani kuno (Ptolemaeus) | kambing laut |
Carina IPA: [kʰəˈɹai.nə] |
Car | Carinae IPA: [kʰəˈɹai.ni] |
1763, Lacaille, dipisahkan dari Argo Navis |
lunas kapal Argo |
Cassiopeia IPA: [ˌkʰæ.si.əˈpʰi.ə] |
Cas | Cassiopeiae IPA: [ˌkʰæ.si.əˈpʰi.i] |
Yunani kuno (Ptolemaeus) | ratu Ethiopia |
Centaurus IPA: [sɛnˈtʰɔ.ɹəs] |
Cen | Centauri IPA: [sɛnˈtʰɔ.ɹai] |
Yunani kuno (Ptolemaeus) | Centaur |
Cepheus IPA: [ˈsi.fi.əs] |
Cep | Cephei IPA: [ˈsi.fi.ai] |
Yunani kuno (Ptolemaeus) | raja Ethiopia |
Cetus IPA: [ˈsi.təs] |
Cet | Ceti IPA: [ˈsi.taɪ] |
Yunani kuno (Ptolemaeus) | ikan paus |
Chamaeleon IPA: [kʰəˈmi.li.ən] |
Cha | Chamaeleontis IPA: [kʰəˌmi.liˈɑn.tɪs] |
1603, Uranometria, ciptaan Keyser dan de Houtman |
bunglon |
Circinus IPA: [ˈsɝ.sə.nəs] |
Cir | Circini IPA: [ˈsɝ.sə.nai] |
1763, Lacaille | kompas |
Columba IPA: [kʰɵˈlʌm.bə] |
Col | Columbae IPA: [kʰɵˈlʌm.bi] |
1679, Royer, dipisahkan dari Canis Major |
merpati |
Coma Berenices IPA: [ˈkʰou.mə ˌbɛ.ɹəˈnai.siz] |
Com | Comae Berenices IPA: [ˈkʰou.mi ˌbɛ.ɹəˈnai.siz] |
1603, Uranometria, dipisahkan dari Leo |
rambut Berenice |
Corona Australis [3] IPA: [kʰɵˈɹou.nə ɔˈstɹei.lɪs] |
CrA | Coronae Australis IPA: [kʰɵˈɹou.ni ɔˈstɹei.lɪs] |
Yunani kuno (Ptolemaeus) | mahkota selatan |
Corona Borealis IPA: [kʰɵˈɹou.nə ˌbo.ɹiˈei.lɪs] |
CrB | Coronae Borealis IPA: [kʰɵˈɹou.ni ˌbo.ɹiˈei.lɪs] |
Yunani kuno (Ptolemaeus) | mahkota utara |
Corvus IPA: [ˈkʰɔɹ.vəs] |
Crv | Corvi IPA: [ˈkʰɔɹ.vai] |
Yunani kuno (Ptolemaeus) | burung gagak |
Crater IPA: [ˈkʰɹei.tɚ] |
Crt | Crateris IPA: [kʰɹəˈtʰi.ɹɪs] |
Yunani kuno (Ptolemaeus) | cangkir |
Crux IPA: [ˈkʰɹʌks] |
Cru | Crucis IPA: [ˈkʰɹu.sɪs] |
1603, Uranometria, dipisahkan dari Centaurus |
salib selatan |
Cygnus IPA: [ˈsɪg.nəs] |
Cyg | Cygni IPA: [ˈsɪg.nai] |
Yunani kuno (Ptolemaeus) | angsa |
Delphinus IPA: [dɛlˈfai.nəs] |
Del | Delphini IPA: [dɛlˈfai.nai] |
Yunani kuno (Ptolemaeus) | lumba-lumba |
Dorado IPA: [dɵˈɹei.dou] |
Dor | Doradus IPA: [dɵˈɹei.dəs] |
1603, Uranometria, ciptaan Keyser dan de Houtman |
ikan todak |
Draco IPA: [ˈdɹei.kou] |
Dra | Draconis IPA: [dɹəˈkʰou.nɪs] |
Yunani kuno (Ptolemaeus) | naga |
Equuleus IPA: [ɪˈkʰwu.li.əs] |
Equ | Equulei IPA: [ɪˈkʰwu.li.ai] |
Yunani kuno (Ptolemaeus) | kuda kecil |
Eridanus IPA: [ɪˈɹɪ.də.nəs] |
Eri | Eridani IPA: [ɪˈɹɪ.də.nai] |
Yunani kuno (Ptolemaeus) | sungai |
Fornax IPA: [ˈfɔɹ.næks] |
For | Fornacis IPA: [fɔɹˈnei.sɪs] |
1763, Lacaille | tungku |
Gemini IPA: [ˈdʒɛ.mə.nai] |
Gem | Geminorum IPA: [ˌdʒɛ.məˈno.rəm] |
Yunani kuno (Ptolemaeus) | kembar |
Grus IPA: [ˈgɹʌs] |
Gru | Gruis IPA: [ˈgɹu.ɪs] |
1603, Uranometria, ciptaan Keyser dan de Houtman |
burung bangau |
Hercules IPA: [ˈhɝ.kjə.liz] |
Her | Herculis IPA: [ˈhɝ.kjə.lɪs] |
Yunani kuno (Ptolemaeus) | Hercules, anak Zeus |
Horologium IPA: [ˌhɑ.ɹəˈlou.dʒi.əm] |
Hor | Horologii IPA: [ˌhɑ.ɹəˈlou.dʒi.ai] |
1763, Lacaille | jam |
Hydra IPA: [ˈhai.dɹə] |
Hya | Hydrae IPA: [ˈhai.dɹi] |
Yunani kuno (Ptolemaeus) | naga laut |
Hydrus IPA: [ˈhai.dɹəs] |
Hyi | Hydri IPA: [ˈhai.dɹai] |
1603, Uranometria, ciptaan Keyser dan de Houtman |
ular air |
Indus IPA: [ˈɪn.dəs] |
Ind | Indi IPA: [ˈɪn.dai] |
1603, Uranometria, ciptaan Keyser dan de Houtman |
Indian |
Lacerta IPA: [ləˈsɝ.tə] |
Lac | Lacertae IPA: [ləˈsɝ.ti] |
1690, Firmamentum Sobiescianum, Hevelius |
kadal |
Leo IPA: [ˈli.ou] |
Leo | Leonis IPA: [liˈou.nɪs] |
Yunani kuno (Ptolemaeus) | singa |
Leo Minor IPA: [ˈli.ou ˈmai.nɚ] |
LMi | Leonis Minoris IPA: [liˈou.nɪs mɪˈno.ɹɪs] |
1690, Firmamentum Sobiescianum, Hevelius |
singa kecil |
Lepus IPA: [ˈli.pəs] |
Lep | Leporis IPA: [ˈlɛ.pə.ɹɪs] |
Yunani kuno (Ptolemaeus) | kelinci |
Libra IPA: [ˈlai.bɹə] |
Lib | Librae IPA: [ˈlai.bɹi] |
Yunani kuno (Ptolemaeus) | timbangan |
Lupus IPA: [ˈlu.pəs] |
Lup | Lupi IPA: [ˈlu.pai] |
Yunani kuno (Ptolemaeus) | serigala |
Lynx IPA: [ˈlɪŋks] |
Lyn | Lyncis IPA: [ˈlɪn.sɪs] |
1690, Firmamentum Sobiescianum, Hevelius |
lynx |
Lyra IPA: [ˈlai.ɹə] |
Lyr | Lyrae IPA: [ˈlai.ɹi] |
Yunani kuno (Ptolemaeus) | sejenis kecapi |
Mensa IPA: [ˈmɛn.sə] |
Men | Mensae IPA: [ˈmɛn.si] |
1763, Lacaille | meja |
Microscopium IPA: [ˌmai.kɹəˈskou.pi.əm] |
Mic | Microscopii IPA: [ˌmai.kɹəˈskou.pi.ai] |
1763, Lacaille | mikroskop |
Monoceros IPA: [mɵˈnɑ.sə.ɹɑs] |
Mon | Monocerotis IPA: [mɵˌnɑ.səˈɹou.tɪs] |
1624, Bartsch | kuda bertanduk |
Musca IPA: [ˈmʌ.skə] |
Mus | Muscae IPA: [ˈmʌ.si] |
1603, Uranometria, ciptaan Keyser dan de Houtman |
lalat |
Norma IPA: [nɔɹˈmə] |
Nor | Normae IPA: [nɔɹˈmi] |
1763, Lacaille | timbangan datar |
Octans IPA: [ˈɑk.tænz] |
Oct | Octantis IPA: [ɑkˈtʰæn.tɪs] |
1763, Lacaille | oktan |
Ophiuchus IPA: [ˌou.fiˈju.kəs] |
Oph | Ophiuchi IPA: [ˌou.fiˈju.kaɪ] |
Yunani kuno (Ptolemaeus) | tangan naga |
Orion IPA: [ɵˈɹai.ən] |
Ori | Orionis IPA: [ˌo.ɹiˈou.nɪs] |
Yunani kuno (Ptolemaeus) | pemburu |
Pavo IPA: [ˈpʰei.vou] |
Pav | Pavonis IPA: [pʰəˈvou.nɪs] |
1603, Uranometria, ciptaan Keyser dan de Houtman |
merak |
Pegasus IPA: [ˈpʰɛ.gə.səs] |
Peg | Pegasi IPA: [ˈpʰɛ.gə.sai] |
Yunani kuno (Ptolemaeus) | kuda bersayap |
Perseus IPA: [ˈpʰɝ.sjus] |
Per | Persei IPA: [ˈpʰɝ.si.ai] |
Yunani kuno (Ptolemaeus) | Perseus |
Phoenix IPA: [ˈfi.nɪks] |
Phe | Phoenicis IPA: [fɪˈnai.sɪs] |
1603, Uranometria, ciptaan Keyser dan de Houtman |
Phoenix |
Pictor IPA: [ˈpʰɪk.tɚ] |
Pic | Pictoris IPA: [pʰɪkˈtʰo.ɹɪs] |
1763, Lacaille | kuda-kuda |
Pisces IPA: [ˈpʰai.siz] |
Psc | Piscium IPA: [ˈpʰɪ.ʃi.əm] |
Yunani kuno (Ptolemaeus) | ikan |
Piscis Austrinus IPA: [ˈpʰai.sɪs ɔˈstɹai.nəs] |
PsA | Piscis Austrini IPA: [ˈpʰai.sɪs ɔˈstɹai.nai] |
Yunani kuno (Ptolemaeus) | ikan selatan |
Puppis IPA: [ˈpʰʌ.pɪs] |
Pup | Puppis IPA: [ˈpʰʌ.pɪs] |
1763, Lacaille, dipisahkan dari Argo Navis |
buritan kapal Argo |
Pyxis IPA: [ˈpʰɪk.sɪs] |
Pyx | Pyxidis IPA: [ˈpʰɪk.sədɪs] |
1763, Lacaille | kompas kapal Argo |
Reticulum IPA: [ɹɪˈtʰɪ.kjə.ləm] |
Ret | Reticuli IPA: [ɹɪˈtʰɪk.jə.lai] |
1763, Lacaille | jaring |
Sagitta IPA: [səˈdʒɪ.tə] |
Sge | Sagittae IPA: [səˈdʒɪ.ti] |
Yunani kuno (Ptolemaeus) | anak panah |
Sagittarius IPA: [ˌsæ.dʒəˈtʰe.ɹi.əs] |
Sgr | Sagittarii IPA: [ˌsæ.dʒəˈtʰe.ɹi.ai] |
Yunani kuno (Ptolemaeus) | pemanah |
Scorpius IPA: [ˈskɔɹ.pi.əs] |
Sco | Scorpii IPA: [ˈskɔɹ.pi.ai] |
Yunani kuno (Ptolemaeus) | kalajengking |
Sculptor IPA: [ˈskʌlp.tɚ] |
Scl | Sculptoris IPA: [skʌlpˈtʰo.ɹɪs] |
1763, Lacaille | alat pemahat |
Scutum IPA: [ˈskju.təm] |
Sct | Scuti IPA: [ˈskju.tai] |
1690, Firmamentum Sobiescianum, Hevelius |
perisai |
Serpens [4] IPA: [ˈsɝ.pɛnz] |
Ser | Serpentis IPA: [sɝˈpʰɛn.tɪs] |
Yunani kuno (Ptolemaeus) | ular |
Sextans IPA: [ˈsɛk.stænz] |
Sex | Sextantis IPA: [sɛkˈstæn.tɪs] |
1690, Firmamentum Sobiescianum, Hevelius |
sekstan |
Taurus IPA: [ˈtʰɔ.ɹəs] |
Tau | Tauri IPA: [ˈtʰɔ.ɹai] |
Yunani kuno (Ptolemaeus) | lembu jantan |
Telescopium IPA: [ˌtʰɛ.ləˈskou.pi.əm] |
Tel | Telescopii IPA: [ˌtʰɛ.ləˈskou.pi.ai] |
1763, Lacaille | teleskop |
Triangulum IPA: [tʰɹaiˈæŋ.gjə.ləm] |
Tri | Trianguli IPA: [tʰɹaiˈæŋ.gjə.lai] |
Yunani kuno (Ptolemaeus) | segitiga |
Triangulum Australe IPA: [tʰɹaiˈæŋ.gjə.ləm ɔˈstrɹei.li] |
TrA | Trianguli Australis IPA: [tʰɹaiˈæŋ.gjə.lai ɔˈstɹei.lɪs] |
1603 Uranometria, ciptaan Keyser dan de Houtman |
segitiga selatan |
Tucana IPA: [tʰjʊˈkʰei.nə] |
Tuc | Tucanae IPA: [tʰjʊˈkʰei.ni] |
1603 Uranometria, ciptaan Keyser dan de Houtman |
burung tukan |
Ursa Major IPA: [ˈɝ.sə ˈmei.dʒɚ] |
UMa | Ursae Majoris IPA: [ˈɝ.si məˈdʒo.ɹɪs] |
Yunani kuno (Ptolemaeus) | beruang besar |
Ursa Minor IPA: [ˈɝ.sə ˈmai.nɚ] |
UMi | Ursae Minoris IPA: [ˈɝ.si mɪˈno.ɹɪs] |
Yunani kuno (Ptolemaeus) | beruang kecil |
Vela IPA: [ˈvi.lə] |
Vel | Velorum IPA: [vɪˈlo.ɹəm] |
1763, Lacaille, dipisahkan dari Argo Navis |
layar kapal Argo |
Virgo IPA: [ˈvɝ.gou] |
Vir | Virginis IPA: [ˈvɝ.dʒə.nɪs] |
Yunani kuno (Ptolemaeus) | sang perawan |
Volans IPA: [ˈvou.lænz] |
Vol | Volantis IPA: [vɵˈlæn.tɪs] |
1603, Uranometria, ciptaan Keyser dan de Houtman |
ikan terbang |
Vulpecula IPA: [vʌlˈpʰɛ.kjə.lə] |
Vul | Vulpeculae IPA: [vʌlˈpʰɛ.kjə.li] |
1690, Firmamentum Sobiescianum, Hevelius |
rubah |
Langganan:
Postingan (Atom)
Poll
Total Pageviews
Categories
- Arkeologi (1)
- ASTRONOMI (6)
- Geografi (6)
- komputer (4)
- lirik lagu (1)
- MUTIARA FC (1)
- osn kebumian (7)
- puisi (2)
- SAINS (13)
- satra (4)
Popular Posts
-
WASHINGTON, Horizon — Lewat analisis DNA, ilmuwan menemukan bahwa nenek moyang bangsa Asia dan Amerika asli adalah sekelompok manusia...
-
NO PUNGGUNG NAMA UMUR POSISI KET 1 FERI KS 16 KIPER 13 ROHMA...
-
Gelombang Laut Defenisi, Bentuk, Sifat dan Kara...
-
Ilmu Meteorologi Penerbangan jarang dipahami oleh semua orang, termasuk displiner akan ilmu tersebut. Oleh karena itu...
-
JAKARTA, KOMPAS.com - Bulan mencapai fase purnama pada Minggu (27/1). Saat itu, pasang naik air laut mencapai maksimum. Namun, hal ini ...
-
Kebanyakan pinggir sungai di Jepang dipakai untuk tempat bermain, rekreasi dan pes...
-
JAKARTA, Horizon — Fenomena gerhana Jupiter atau okultasi Jupiter akan terjadi Selasa (22/1/2013) hari ini. Bumi, Bulan, dan Jupiter akan ...
-
DOHA, KOMPAS.com - Negara industri paling bertanggung jawab mengatasi perubahan iklim. Mereka harus memberi dana 100 miliar dollar AS pe...
-
Tentang FITB Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) semula adalah bagian dari Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Miner...
-
pertama Mungkin langkah ini akan berbeda tergantung tiap-tiap modem atau operator yang anda gunakan namun gambaran secara umum adalah ...
Mengenai Saya
Pengikut
Diberdayakan oleh Blogger.
Labels
- Arkeologi (1)
- ASTRONOMI (6)
- Geografi (6)
- komputer (4)
- lirik lagu (1)
- MUTIARA FC (1)
- osn kebumian (7)
- puisi (2)
- SAINS (13)
- satra (4)