Tahun 2025, dua pertiga dari total penduduk dunia akan hidup
dalam kondisi kekurangan air.
air,kekeringan,kemarau(Thinkstock)
Laporan terbaru International Energy Agency (IEA)
memproyeksikan, jumlah air yang dibutuhkan untuk menghasilkan energi akan
mengalami kenaikan berlipat ganda pada tahun 2035.
Lonjakan disebabkan sistem pembangkit energi yang ada
sekarang ini membutuhkan sejumlah besar air. Sandra Postel, direktur dari
Global Water Policy Project, mengatakan, "Energi erat kaitannya dengan
air. Dibutuhkan sejumlah besar energi untuk menghasilkan air, dan dibutuhkan
sejumlah besar suplai air untuk menghasilkan energi."
Saat ini terhitung volume air yang dikonsumsi bagi energi
dunia adalah 66 miliar meter kubik. Jika kebijakan tidak berubah, dalam jangka
waktu 25 tahun angka tersebut dapat meningkat sampai 135 miliar meter kubik
atau dua kali lipatnya.
Menurut perkiraan IEA, sejauh ini yang menjadi ketegangan
terbesar terhadap masa depan sumber daya air bagi sistem energi yaitu karena
dua lingkup, produksi energi listrik batu bara yang makin membubung, serta
maraknya industri bahan bakar nabati—terancam "menguras" air.
IEA juga mencatat bahwa produsen daya batu bara dapat
mengurangi konsumsi air dengan menggunakan sistem dry cooling yang akan
meminimalkan kebutuhan air. Tambah lagi, akan menghasilkan energi yang lebih
efisien. Namun, pembangkit semacam itu bisa makan biaya 3-4 kali lipat lebih
besar daripada sistem pembangkit wet cooling.
Meski pun tidak semua pihak menyatakan setuju dengan
proyeksi IEA ini, tetapi tak bisa dimungkiri lagi peringatan mengenai isu ini
telah menjadi perhatian jelang beberapa tahun terakhir, terutama di kalangan
peneliti. PBB memberikan proyeksi, bahwa bila ini terjadi, di tahun 2025 hingga
1,8 miliar penduduk dunia akan mengalami kelangkaan air yang parah, sementara
dua pertiga dari total penduduk dunia akan hidup dalam kondisi kekurangan air.
Para ahli mengungkap kekhawatiran. Pasalnya, peningkatan
kebutuhan air untuk bahan bakar tersebut dapat juga menghabiskan persediaan air
untuk pertanian tanaman pangan.
"Sudah saatnya para pembuat kebijakan bertindak.
Mencari solusi energi alternatif, dan secara bersamaan mencoba berbagai cara
menghemat energi, sebelum menghadapi krisis air di masa depan," ujar
Postel.
(Gloria Samantha. National Geographic News)
Sumber: http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/02/kebutuhan-air-untuk-produksi-energi-melonjak-ancaman-kelangkaan-mengintai
0 komentar:
Posting Komentar