Kebutuhan Air untuk Produksi Energi Melonjak, Ancaman Kelangkaan Mengintai

Kamis, 14 Februari 2013




Tahun 2025, dua pertiga dari total penduduk dunia akan hidup dalam kondisi kekurangan air.
air,kekeringan,kemarau(Thinkstock)

Laporan terbaru International Energy Agency (IEA) memproyeksikan, jumlah air yang dibutuhkan untuk menghasilkan energi akan mengalami kenaikan berlipat ganda pada tahun 2035.

Lonjakan disebabkan sistem pembangkit energi yang ada sekarang ini membutuhkan sejumlah besar air. Sandra Postel, direktur dari Global Water Policy Project, mengatakan, "Energi erat kaitannya dengan air. Dibutuhkan sejumlah besar energi untuk menghasilkan air, dan dibutuhkan sejumlah besar suplai air untuk menghasilkan energi."

Saat ini terhitung volume air yang dikonsumsi bagi energi dunia adalah 66 miliar meter kubik. Jika kebijakan tidak berubah, dalam jangka waktu 25 tahun angka tersebut dapat meningkat sampai 135 miliar meter kubik atau dua kali lipatnya.

Menurut perkiraan IEA, sejauh ini yang menjadi ketegangan terbesar terhadap masa depan sumber daya air bagi sistem energi yaitu karena dua lingkup, produksi energi listrik batu bara yang makin membubung, serta maraknya industri bahan bakar nabati—terancam "menguras" air.

IEA juga mencatat bahwa produsen daya batu bara dapat mengurangi konsumsi air dengan menggunakan sistem dry cooling yang akan meminimalkan kebutuhan air. Tambah lagi, akan menghasilkan energi yang lebih efisien. Namun, pembangkit semacam itu bisa makan biaya 3-4 kali lipat lebih besar daripada sistem pembangkit wet cooling.

Meski pun tidak semua pihak menyatakan setuju dengan proyeksi IEA ini, tetapi tak bisa dimungkiri lagi peringatan mengenai isu ini telah menjadi perhatian jelang beberapa tahun terakhir, terutama di kalangan peneliti. PBB memberikan proyeksi, bahwa bila ini terjadi, di tahun 2025 hingga 1,8 miliar penduduk dunia akan mengalami kelangkaan air yang parah, sementara dua pertiga dari total penduduk dunia akan hidup dalam kondisi kekurangan air.

Para ahli mengungkap kekhawatiran. Pasalnya, peningkatan kebutuhan air untuk bahan bakar tersebut dapat juga menghabiskan persediaan air untuk pertanian tanaman pangan.

"Sudah saatnya para pembuat kebijakan bertindak. Mencari solusi energi alternatif, dan secara bersamaan mencoba berbagai cara menghemat energi, sebelum menghadapi krisis air di masa depan," ujar Postel.
(Gloria Samantha. National Geographic News)

Sumber: http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/02/kebutuhan-air-untuk-produksi-energi-melonjak-ancaman-kelangkaan-mengintai

0 komentar:

Posting Komentar